CERPEN (SAHABAT, CINTA, BENCI)
SAHABAT ®
CINTA® BENCI
Hari ini
kelas Erin sangat riuh karena sedang tidak ada kuliah. Tomy terlihat mendekati
Erin untuk meminta bantuan tentang tugas yang udah dia kerjain. Gak cuma hari
ini aja, udah sering banget Tomy kayak gini ke Erin. Sampai temen-temen mereka
mengira mereka ada “something”.
“Cieeehhh,
ni anak berdua senengnya deket-deket mulu yah,” ledek salah satu temen mereka.
“Apaan sih,”
jawab Erin malu-malu. Tapi Tomy cuma senyum aja menanggapi.
“Rin, ntar
pulang sekolah jangan pulang dulu ya. Temenin aku nyari buku,” ajak Tomy
“Iya,” jawab
Erin dan langsung disambut sorak sorai temen-temen di kelas mereka.
Masih saja
Tomy hanya menanggapi dengan senyum cueknya.
Bisa
dibilang Erin emang deket sama Tomy. Sangat dekat malah. Soalnya Tomy gak pernah
sedeket ini sama cewek, ya cuma Erin. Sejak masuk kuliah cewek yang selalu di
sisi Tomy cuma Erin. Tapi belum bisa dibilang pacaran. Karena Tomy gak pernah
bilang cinta atau sayang ke Erin. Mungkin Erin masih menunggu kata-kata itu
keluar dari mulut Tomy. Tak cukup jika hanya harus menjadi sahabat Tomy seumur
hidupnya.
Dan setelah
pulang kuliah seperti rencana, Erin menemani Tomy ke toko buku. Sikap Tomy
sedikit berbeda dengan saat di kelas. Tomy selalu memberi perlakuan istimewa
kepada Erin. Dan pada saat itu, mereka ternyata dibuntuti sama teman-teman
mereka.
“yah elah”,
Tomy terlihat sedikit kurang senang ketika teman-temannya menghampiri mereka
berdua.
“Waah
kebetulan nih” kata salah satu dari mereka.
“Kebetulan
apaan. Kalian aja sengaja ngikutin” sahut Erin dengan malu-malu.
“Ehhh kalian
pada laper gak nih”
“Iya nih
laper, makan yuk” tanpa menghiraukan kedua orang itu, mereka langsung menarik
tangan Erin dan Tomy.
“Ayo donk
yang udah jadian kok gak ada traktiran sih. Biar awet nih,” pinta salah satu
dari mereka lagi.
“Ayo dong,” yang lain ikut mendukung.
Dan tanpa banyak bicara apalagi mengelak,
Tomy langsung mengiyakan permintaan mereka. Dan ini semakin menegaskan bahwa
memang ada sesuatu antara Erin dan Tomy.
Semakin lama, Tomy mulai mengimbangi apa
yang teman-temannya pikirkan tentang dia dan Erin. Terbukti waktu suatu hari
ada kelas gabungan di kelas mereka. Tomy duduk di dekat Kim, lalu membisikkan
sesuatu pada Kim.
“Kim, aku pindah tempat duduk ya di depan
situ, ada cewek cantik tuh.”
“Wah pelanggaran nih. Mentang-mentang Erin
gak masuk.” jawab Kim keras yang langsung mencuri perhatian teman-temannya.
“Ada pa Kim?” tanya seorang teman
“Ini nich, masak Tomy mau deketin cewek
lain mentang-mentang Erin gak masuk” jawab Kim lantang
“Waahh kamu jahat banget sih Tom.”
“Aduuuh Kim. aku bercanda. Ngapain kenceng
banget sih ngomongnya” Tomy malah salah tingkah.
Tomy langsung mendapat banyak hujatan dari
teman-temannya.
“Tom, kamu sebenernya gimana sih sama
Erin. Kasih dia kepastian kek. Kasian kan klo dia kayak gini terus gak jelas
hubungan kalian apa” Kim mencoba memberi saran pada Tomy.
Sepertinya Tomy mulai memikirkan kata-kata
Kim. Dia harus secepatnya membuat keputusan.
“ Bener kata kamu Kim. Tumben kamu
ngomongnya bener ”
“Emang aku kalo ngomong gak pernah beres
apa? Lusa ada acara di tempatku. Kita pastiin Erin dateng. Jadi ini kesempatan kamu.
Ini pemaksaan ya.”
Tomy tak menjawab. Dia seperti memikirkan
banyak hal. Tapi bagaimanapun dia harus memberi kepastian tentang dia dan Erin.
******
Pada hari yang ditentukan Kim, hari itu
mereka sengaja mengadakan acara kumpul bersama teman-teman sekelasnya. Kim
sebagai orang yang paling peduli pada Erin berusaha sebisanya untuk membantu
Erin mendapat jawaban tentang pertanyaanya pada Tomy.
Satu persatu teman-teman Kim datang. Tak
berapa lama Erin datang dengan wajah merona bahagia. Senyum dan tawa terpampang
di bibirnya. Tinggal satu orang lagi yang ditunggu-tunggu. Itu bikin Erin sedikit
gelisah. Bukan hanya Erin, tapi seluruh isi ruangan itu juga mulai resah.
“Tomy dateng gak sih Kim?” tanya Erin mulai
gelisah.
“Pasti dateng kok Rin, tenang aja. Dia
udah bilang lagi jalan koq. Tunggu bentar lagi aja ya” Kim mencoba menenangkan
Erin.
Setelah melewati waktu-waktu mendebarkan,
tak berapa lama kemudian, yang ditunggu-tunggu akhirnya datang. Desahan lega
keluar dari mulut semua “pemirsa”. Tomy langsung berdiri di tengah-tengah
ruangan dan mulai berbicara.
“Oke, aku gak perlu basa basi lagi ya.”
Tomy merapikan kerahnya, tanda dia gugup.
“Seperti yang kalian tau, aku dekat,
sangat dekat dengan salah satu orang di ruangan ini.” Tomy melanjutkan “orasi”
nya dan membuat seluruh ruangan riuh.
Membuat Erin semakin tersipu malu.
“Dia cantik, santun, berjilbab. Iya……..
dia tipe cewek idamanku. Dan aku akui aku suka sama dia…..” kata Tomy sambil
memandang Erin dan tentu saja ruangan menjadi semakin tak terkendali. Mereka
beranggapan ini adalah moment “katakan cinta”.
Tapi tiba-tiba hal yang mengejutkan
terjadi, Tomy masih melanjutkan kata-katanya, “Tapi aku gak CINTA….”
Sontak kata itu membuat seluruh isi
ruangan yang tadinya riuh jadi membisu. Tomy memberikan penjelasan lagi,
“Ada orang lain yang sedang aku tunggu
cintanya. Kim pasti tau siapa yang aku maksud. Aku tau yang aku lakuin ini
salah” Tomy lalu mendekati Erin yang tertunduk.
Kim mulai menyadari satu hal, mungkin yang
Tomy maksud adalah gadis kelas sebelah yang tempo hari gabung di kelasnya. Kim
menggertakkan rahangnya. Dia menyesal kenapa tak menyadarinya dari awal.
“Maafin aku Rin atas sikapku yang mungkin
bikin kamu salah paham selama ini. aku cuma gak mau nyakitin kamu lebih dalam
lagi.” Tomy sedikit menyesal.
Erin tak mampu mengucapkan satu katapun.
Kenyataan tak seperti yang dia bayangkan sebelumnya. Dengan mata berkaca-kaca,
Erin menatap penuh kebencian pada Tomy. Tangan Erin mulai terangkat, mengepal.
Tapi urung dia lakukan dan Erin memilih keluar dari ruangan itu.perasaan sedih,
kecewa dan malu sudah tidak bisa Erin tanggung lagi.
Tomy pun berbalik dan “Plaaakkkk…” Kim
menampar Tomy. Tomy tak bisa membalas. Dia hanya tertunduk.
“Kalo aku tau ini yang bakal kamu lakuin, aku
gak akan minta kamu ngasih kepastian ke Erin” Kim mengumpat lalu meninggalkan
Tomy. Disusul semua orang yang juga keluar satu per satu. Tomy hanya bisa menyesali
apa yang telah dia katakan. Seharusnya dia mengatakan itu hanya di depan Erin.
Bukan seperti ini. Tapi semua udah terlanjur.
*****
Tatapan mata sinis tertuju pada Tomy,
berbeda dengan beberapa hari sebelumnya saat masih disapa penuh tawa. Mungkin
hal ini gak dia pikirkan sebelumnya. Dia gak menyangka efeknya akan sebesar
ini. Bukan hanya sekelas, bahkan seluruh penghuni kampus tahu peristiwa jahat
yang dilakukan Tomy kemarin.
Seisi kelas mengabaikan Tomy, mungkin ini
sedikit tak adil. Terkesan mengintimidasi Tomy. Tapi anggap aja ini setimpal
karena telah mempermainkan hati seorang wanita. Apalagi di depan umum.
Bertubi-tubi rasa sakitnya.
3 hari Erin nggak masuk kuliah, dia
mencoba menenangkan diri, mencoba mencari cara bagaimana jika bertemu lagi sama
Tomy. Apa yang harus dia lakukan? Membencinya? Tentu saja. Itu hal yang mutlak
terjadi. Tapi apa yang dia dapat jika terus membenci Tomy? Mungkin Erin juga
salah karena berharap jatuhnya mangga di bawah pohon rambutan. Ada baiknya jika
dia melihat lebih teliti lagi, mungkin dia bisa menjaga hatinya.
Hari pertama Erin masuk kuliah, Kim sudah
menunggunya di depan kelas. Erin mulai merasa aneh. Apa lagi saat Tomy datang
semua orang mengacuhkan Tomy. Erin adalah orang yang paling membenci Tomy saat
ini. Sangat membenci. Bahkan tak pernah mau melihat ke arah Tomy sekalipun.
Beberapa hari yang lalu, Tomy tak begitu memperdulikan apa yang dilakukan
teman-teman sekelasnya. Tapi hari ini, saat melihat Erin, dia teringat hal
paling jahat yang pernah dia lakuin. Dia tak sanggup lagi diperlakukan seperti
ini oleh Erin, gadis yang dari dulu selalu di sisinya, kini sangant
membencinya.
Setelah jam perkuliahan kelas selesai,
buru-buru Tomy menahan Erin.
“Rin aku mau ngomong sesuatu” katanya
“Apa lagi? Masih belum cukup yang kamu
omongin tempo hari?” Kim mencoba menghalangi Tomy.
“Udah Kim, kamu duluan aja. Aku gak papa”
Erin meyakinkan Kim bahwa dia bisa menghadapi situasi ini.
Lalu Kim pergi meninggalkan dua anak
manusia ini. Erin duduk di bangku depan kelas mereka sedangkan Tomy berdiri di depan Erin. Sekuat tenaga dia
kumpulkan keberanian untuk meminta maaf pada Erin, tapi tatapan mata Erin yang
sendu membuat Tomy hanya terdiam membisu. Kemudian Erin memecah keheningan.
“Kamu masih inget saat pertama kali aku
masuk kampus ini, sendiri. Gak ada satu orang pun yang aku kenal. Sampai ada
kamu yang juga sama-sama tak berkawan. Kita mengurus semua sama-sama. Ujian
sama-sama dan ternyata kita juga ada di kelas yang sama. Saat itu aku sudah
menganggap kamu sebagai sahabat” Erin mengingat kembali pertemuan pertamanya
dengan Tomy. Begitupun dengan Tomy.
“Seiring berjalannya waktu, kita yang
selalu bersama kapanpun dan dimanapun, membuat aku merasakan hal yang lain. Aku
bukan lagi menganggapmu sahabat, karena cinta udah tumbuh dihatiku. Aku pikir
itu juga yang kamu rasain. Aku pikir ini bukan hanya tepukan satu tangan.” Erin
mulai terisak. Lalu Tomy mendekati Erin,
“Maaf Rin” kata Tomy penuh penyesalan
“Sampai saat kemarin, sampai aku tau bahwa
yang aku rasa hanya tepukan pada angin yang tak menghasilkan apa-apa. Ketika
aku tau kenyataan yang sesungguhnya, bahwa aku bukan yang kamu tunggu. Seketika
itu pula cinta ku yang tumbuh subur, secara drastis mulai layu, dan mati. Hingga sekarang berubah
jadi benci” ini adalah kalimat paling panjang yang pernah Tomy denger dari
Erin. Erin yang dulu hanya bicara seperlunya. Sekarang dia keluarkan semua yang
dia simpan begitu lama di hatinya.
“Andai aku bisa memutar waktu, aku ingin
kembali ke masa pertama kali kita bertemu dan berharap aku bisa mencintai kamu
Rin.” kata Tomy menyesal.
“Jika aku bisa kembali ke masa lalu. Jika
aku bisa memilih, aku memilih untuk tak pernah bertemu dengan kamu”, kata-kata
Erin menohok. Menusuk hati Tomy.
Erin pun beranjak dari duduknya dan
perlahan pergi meninggalkan Tomy. Saat itu Kim ternyata masih menunggu mereka
di balik tangga. Dia lalu menghampiri Tomy yang melamun sendiri.
“Aku bodoh. Benar-benar bodoh. Aku
mengabaikan cinta yang pasti hanya karena sebuah perasaan yang belum pasti.
Kenapa aku ini?? Kenapa aku menyakiti Erin, orang yang selalu di sisiku selama
ini. Dalam suka dan dukaku. Dalam tangis dan bahagiaku.” ucap Tomy pada Kim.
“Penyesalan selalu datang di akhir Tom.
Itulah sebabnya, kita diberikan akal untuk berpikir, supaya kita gak akan
pernah menyesali masa lalu yang tidak sesuai harapan. Kamu harus bisa belajar
dari semua ini”, Kim sebenarnya masih marah pada Tomy. Tapi entah bagaimana dia
tidak bisa berada di satu pihak, baik mendukung Erin atau Tomy. Keduanya adalah
sahabatnya. Meskipun dia akui bahwa Tomy melakukan cara yang salah.
“Aku udah merubah persahabatanku menjadi
kesalahpahaman perasaan, dan kini jadi kebencian yang mendalam. Sepertinya aku
tidak bisa lagi merubah keadaan itu. Aku tidak akan bisa merubah kebencian
Erin. Andai aku bisa mengulang waktu,” kata Tomy penuh penyesalan.
Lalu saat Kim menyentuh bahu Tomy,
tiba-tiba sesuatu yang aneh terjadi. Waktu terasa berjalan mundur. Mulai saat
Erin mengungkapkan kecewanya, sinisnya semua mata melihat Tomy, saat moment
“penolakan” yang menjadi awal Erin membencinya, hingga saat pertama mereka
bertemu saat pendaftaran kuliah.
Persis seperti yang dulu terjadi, Erin
menghampiri Tomy untuk menanyakan ruangan ujian.
“Permisi. Ruangan J17 dimana ya?” tanya
Erin pada Tomy.
“Sorry, Rin. Mungkin aku bisa memperbaiki
semua dari sini,” batin Tomy mencoba mengingat dan melakukan kebalikan dari
yang dulu dia lakukan.
“Maaf, coba tanya orang di sebelah sana
aja,” Tomy tertunduk dan langsung berlalu setelah menjawab pertanyaan Erin.
“Ih, sombong banget sih. Kalo emang nggak
mau jawab ya udah sih,” umpat Erin karena sikap Tomy, yang saat itu belum dia
kenal. Erin kemudian melangkah berlawanan arah dengan Tomy. Padahal saat itu
seharusnya mereka menuju ruangan bersama dan duduk di bangku yang bersebelahan.
Tapi Tomy melakukan kebalikannya, seperti yang Erin minta jika dia bisa
mengulang waktu. Tomy tak akan membiarkan Erin bertemu dengannya sejak awal.
Tomy kemudian berbalik badan, berhenti
sambil menatap punggung Erin yang berjalan jauh di depannya dan berkata,
“Maafin aku Erin. Mungkin lebih baik kamu membenciku sekarang. Sebelum aku
menyakitimu dengan persahabatan yang perlahan berubah menjadi cinta.”
F I N I S H
Komentar
Posting Komentar