baca ceritaku (AKU, SAHABATKU, DAN MANTAN KEKASIHKU)
AKU, SAHABATKU, DAN
MANTAN KEKASIHKU
Hari ini rasanya aku pengen nangis.
Tapi melihat wajah Yoeriz, sahabatku yang begitu gembira, aku harus
menyembunyikan kesedihanku.
“Hai, Nica”, sapanya riang sambil
buru-buru menarikku duduk di bangku.
“Ada apa nich? Happy banget kayak
habis menang undian”, tanya ku sambil melepas ransel dari bahu ku.
“Ya bukanlah Ca. Lebih dari itu
malah”, jawabnya centil.
“Trus ......???”
“Inget ga’ sama cowok yang pernah
gue ceritain tempo hari?”
Aku mencoba mengingat, sebenarnya
aku ga’ begitu inget siapa yang Yoeriz maksud. Mending ngangguk ja dari pada
ntar dia bawel.
“Iya, inget, trus?”
“Semalam gue jadian sama dia.
Aduh......! gue seneng banget tau. Kapan-kapan gue kenalin ke dia yach,”
celoteh Yoeriz riang. Lagi-lagi aku hanya mengangguk.
“Selamat dech”, jawabku singkat
dengan senyum yang ku paksa.
Jujur aku benci semua ini. Aku benci
ketika melihat orang lain bahagia sementara aku
sebaliknya. Iya memang, aku iri melihat Yoeriz yang baru jadian.
Kami bardua memang sahabat, tapi
kami juga sangat berbeda. Pertama, Yoeriz itu cantik dan populer di sekolah.
Sementara aku, tampang pas-pasan dan sama sekali ga’ ngetop, bahkan dikelas.
Ciiyuss nie. Kedua, dia terlahir di keluarga “menengah ke atas”. Dia bisa
dapetin semua yang ga’ pernah aku dapatkan. Dan Yang terakhir ini, di saat aku
lagi “broken heart”, eh Yoeriz malah “fall in love”. Yach, memang kenyataan
yang ...............................................................................menyakitkan.
*********
Aku kembali mengingat
kejadian malam itu. Malam dimana aku harus kehilangan seseorang yang sangat
berarti buat ku. Angga. Dialah satu-satunya orang yang membuatku merasa bahagia
karena dia mencintaiku apa adanya. Dia yang membuatku merubah pikiranku tentang
cowok yang dulu menurutku ga’ ada baiknya. Tapi entah kenapa akhir-akhir ini
dia berubah, Angga lebih banyak diam.
Malam itu Angga hanya
duduk terdiam, dan aku ga’ bisa berbuat apa-apa. Aku Cuma bisa menunggu dia
berbicara sambil menatap wajah manisnya. Lama- kelamaan air mata ini bergulir jatuh dari kelopaknya
tanpa disengaja.
“Ga. Gue salah apa sich ?
sampek loe tega diemin gue kayak gini? Kalo emang da sesuatu yang salah dari
gue, kasih tau gue!” emosiku tiba-tiba meledak karena kediaman Angga yang
menyiksa ku.
“Maksud loe apa sich
Ca!?” jawab Angga ga’ kalah emosi.
“Gue tau gue ga’ cantik,
ga’ kaya dan ga’ tau diri. Tapi bukan berarti gue g punya perasaan!”
“Nica!” bentak Angga
lagi. “Ini nich yang ga’ gue suka dari loe. Loe selalu ja ngerendah.
Seolah-olah loe yang tersakiti dalam hubungan ini” tambah Angga.
“Emang gitu kenyataannya.
Loe ga’ pernah bahagia jadi cowok gue. Kalo emang loe udah bosen, loe boleh
tinggalin gue. Dari pada cuma nyakitin”
“Ok! Gue bakal pergi.”
“Silahkan!” jawabku
meskipun dalam hati mengatakan sebaliknya.
Aku berharap Angga
mengurungkan niatnya. Tapi harapan tinggal harapan, karena dia udah melangkah
pergi. Bahkan ga’ menoleh sekalipun.
“Nica,” panggil seseorang
yang mengagetkanku.
Sontak aku tersadar dari
lamunanku dan menoleh. Hufh... ternyata
Yoeriz. Aku pikir Angga yang memanggilku.
“Ngelamun aja sich. Ke
kantin yuk,” ajaknya.
“Yuk,”
Baru saja nyampek depan
pintu kelas, Yoeriz disamperin sama ketua OSIS.
“Riz, loe diminta ke
kantornya pak Iwan sekarang. Penting”, katanya
“Tapi gue mau ke kantin”
“Bentaran doang kok. Sama gue
juga nich” bujuk Agung, si ketua OSIS. Lalu Yoeriz menoleh ke arah ku dengan
memasang wajah sedih.
“Ya udah Riz, loe ikut Agung aja dulu. Gue duluan ke kantin,” jawab ku.
“Ya udah Riz, loe ikut Agung aja dulu. Gue duluan ke kantin,” jawab ku.
“Yes, ntar gue nyusul” katanya sambil berlalu
pergi.
Dan aq berjalan menyusuri
lorong kelas dan menuju kantin sendirian. Ga’ tau kenapa hari ini perasaan
ku ga’ enak banget. Biasanya juga ga’ gini meskipun aq ke kantin sendiri. Atau
munkin karena laper yach..... ya udah lah yang penting sekarang pesen makan
trus duduk.
Lalu aku terkejut. Saat itu aku melihat Angga duduk
di antara “putih-abu abu”. Apa aku berhalusinasi lagi??? Entahlah aq ga’ peduli
dia nyata atau hanya sisa dari lamunan ku tadi.
Tapi ketika dia mendekat dan
duduk dihadapan ku, aq baru yakin bahwa ini nyata.
“Ca, maafin gue” katanya
tiba-tiba.
“Ngapain loe di sini??” tanyaku
cuek. Aku berusaha ga’ merespon kata-katanya. Aku takut jatuh cinta lagi sama
dia.
“Gue masih sayang sama loe, Ca”
Angga menatap ku dengan tatapan lembut yang dulu pernah membuatku meleleh.
Belum sempat aku menjawab,
tiba-tiba Yoeriz datang.
“Tapi kok.......looohh........
Apa-apaan ini?? Kok Yoeriz malah nyamperin Angga?” batin ku gelisah.
“hey, kalian udah saling kenal
nich ceritanya?” Yoeriz menatap kami bergantian dengan senyum khasnya. “Ini dia
Ca yang mau gue kenalin ke loe,” kata Yoeriz pada ku. Aku hanya merespon dengan
senyuman karena masih lumayan shock. Dalam hatiku menjerit kesakitan. Ku lihat
Angga juga kaget.
Aku ga’ sanggup lagi ada di sini.
Aku ga’ sanggup menyaksikan semua ini.
Aku ga’ sanggup melihat Yoeriz bersama Angga. Karena bagaimanapun juga
aku pernah menjadi pacar Angga. Apa aku cemburu? Mungkin. Karena aku memang ga’
menginginkan perpisahan itu.
*********
Setelah bel pulang berbunyi...
“Ca, temenin Angga bentar yach.
Gue mau rapat OSIS bentar nie.” Rengek Yoeriz dan aku paling ga’ bisa menolak
permintaan sahabatku ini.
“Iya dech.” Jawabku pasrah. Dan
Angga sudah menunggu diluar.
Jantung ini berdegup kencang
lagi. “ Nica, loe ga’ boleh terus-terusan kayak gini. Angga sekarang bukan
milik loe lagi.” Aku mencoba meyakinkan diriku sendiri.
Untuk beberapa lama setelah
Yoeriz pergi, kami berdua Cuma diam. Lagi-lagi ini terjadi. Dia diemin aku
lagi. Dipikir-pikir jadi kayak orang bego aja
diem-dieman gini. Aku memutuskan untuk pergi dengan diam, tapi Angga masih ja
ngekor.
“ Ngapain sich loe ngikutin gue
terus.” Umpatku tanpa menghentikan langkahku.
“ Kan tadi Yoeriz minta loe
nemenin gue” jawabnya enteng.
“Tapi bukan berarti loe ngikutinn
gue terus kan. Selalu ga’ punya pendirian”
Pada saat itu –walaupun ga’
menoleh- aku tau Angga menghentikan langkahnya. Aku mulai kepikiran. Apa aku
keterlaluan??
“Nica, loe udah berubah.” Ucap
Angga tiba-tiba menyakitkanku. “ Loe bukan Veronica yang gue kenal dulu”
“Peduli apa loe tentang gue.
Selama ini pun loe ga tau siapa gue, perasaan gue” bentakku tanpa berbalik
badan.
“Gue minta maaf Ca. Maaf klo
selama ini gue ga’ pernah ngertiin loe. Maaf buat semua kesalahan gue. Dan soal
malam itu gue ga da maksud ninggalin loe. Gue masih sa...”
“Cukup Ga. Ga’ perlu diterusin.
Percuma semua yang loe omongin klo itu bukan cuma buat gue”
“Tapi itu bukan keinginan gue.
Gue terpaksa!” Angga membela diri.
“Gue ga’ peduli tu mau loe atw
bukan. Yang jelas loe dah bikin gue sakit. Tapi mungkin rasa itu ga’ akan
sesakit ini klo Yoeriz bukan sahabat gue.”
“Gue nyesel Ca. Gue juga ga’ tau klo Yoeriz
ternyata sahabat loe. Apapun gue lakuin asal loe maafin gue. Klo lo mau, gue
bakal putusin Yoeriz”
“Lu gila apa? Meskipun ga’ gue
pungkiri, gue ga bisa ngeliat loe sama dia, tapi gue ga’ bisa biarin loe
nyakitin Yoeriz karena dia sahabat gue”
Tiba-tiba Angga menarikku ke
dalam kelas.
“Apa lagi sich!? Gue ga’ mau Yoeriz mikir kita ada apa-apa yach,” kata ku spontan, karena kaget.
“Apa lagi sich!? Gue ga’ mau Yoeriz mikir kita ada apa-apa yach,” kata ku spontan, karena kaget.
“Jadi loe lebih milih Yoeriz?”
“ Eh ini bukan masalah milih atau ga’ milih yach. Loe yang mulai duluan. Loe yang bikin gue kayak gini. Sekarang, setelah ninggalin gue loe minta balik segampang itu. Padahal loe udah punya cewek lain. Maksud loe apa??” omel q
“Ca. Sumpah gue ga’ da maksud ninggalin loe. Gue emosi. Gue juga ga’ tau kenapa tiba-tiba nembak Yoeriz. Pliiisss Ca, balik sama gue?” pinta Angga.
“ Eh ini bukan masalah milih atau ga’ milih yach. Loe yang mulai duluan. Loe yang bikin gue kayak gini. Sekarang, setelah ninggalin gue loe minta balik segampang itu. Padahal loe udah punya cewek lain. Maksud loe apa??” omel q
“Ca. Sumpah gue ga’ da maksud ninggalin loe. Gue emosi. Gue juga ga’ tau kenapa tiba-tiba nembak Yoeriz. Pliiisss Ca, balik sama gue?” pinta Angga.
“Gue ga’ bisa” jawab ku pelan
sambil memalingkan wajah.
Ketika itu q dengar langkah Angga
kian menjauh. “Maaf”, hanya kata itu yang bisa aku ucapin. Aku tau kok klo
Angga ga’ akan dengar. Tapi aku merasa bersalah ja .
Jujur aku juga masih sayang Angga, tapi aku ga’ akan tega menyakiti sahabatku apalagi merusak kebahagiannya dengan kekasih barunya, yang juga mantan kekasih q. Kini kurelakan orang yang q sayangi bersama sahabat yang ku kasihi.
Jujur aku juga masih sayang Angga, tapi aku ga’ akan tega menyakiti sahabatku apalagi merusak kebahagiannya dengan kekasih barunya, yang juga mantan kekasih q. Kini kurelakan orang yang q sayangi bersama sahabat yang ku kasihi.
T A M A T
Komentar
Posting Komentar