SEBERKAS KISAH SISA MASA LALU (CERPEN)
SEBERKAS KISAH SISA MASA LALU
By Kusdina W
Malam ini Keira dikagetkan dengan datangnya sebuah mobil
di depan halaman rumahnya. Penasaran, ia pun lalu membuka pintu, memastikan
siapa yang datang. Tapi ketika sesosok pria keluar dari mobil itu, rona wajah Keira
berubah. Kakinya seperti membeku, tubuhnya tak dapat bergerak, ketakutan.
“Figo” gerakan bibir Keira mengucapkan nama itu, tanpa
ada suara yang keluar.
Ketika sang pria telah berdiri beberapa langkah di
hadapannya, Keira secara reflek memundurkan kakinya, mencoba memberi jarak
antara dia dan pria itu. Ia mulai bertanya pada dirinya sendiri, “apakah ini
nyata?”
“Apa kabar Ra?” Tanya sang pria sambil diiringi senyuman
dan rona muka merasa bersalah karena sikap Keira yang terlihat sangat
ketakutan.
Saat itu kesadaran Keira mulai datang dan dia pun
bereaksi.
“Please…. Aku udah maafin kamu. Aku juga udah gak mau
berurusan sama kamu. Jadi tolong jangan temuin aku lagi,” kata Keira sambil
berusaha menutup pintu.
“Tapi
Ra, aku Cuma pengen ketemu kamu. Jangan menghindar terus dong,” kuatnya tangan
itu berhasil menghalau agar pintu tidak tertutup. “Aku masih ingin melihatmu Ra”
batin Figo.
“Kalo
kamu tetep nekad masuk, aku bakalan teriak,” ancam Keira. Tapi Figo tetap
masuk. Keira berusaha teriak, tapi mulutnya bahkan tak mampu mengeluarkan suara
sedikitpun. Keira mulai menangis.
“Koq
kamu malah nangis? Tenang Ra! Gak perlu pake teriak-teriak,” Figo berusaha
meraih tangan Keira, bermaksud untuk menenangkannya. Tapi karena besarnya
ketakutan yang dia rasakan, ia terus menghindar dan malah berusaha keluar.
Entah
kesalahan apa yang udah Figo perbuat sampai membuat Keira seperti ini. Apakah
itu rasa takut? Atau mungkin benci?
“Aku
bisa terima semua sikap kamu sekarang. Tapi satu hal yang harus kamu tau. Aku
gak akan bisa memaafkan diriku sendiri kalo aq masih belum dapet maaf dari kamu.
Dan aku gak akan pernah bisa berhenti mencintai kamu. Sampai kapanpun. Meski
cinta itu tak harus memiliki.”
Keira
yang kini berada di luar rumahnya gak bisa berkata apapun. Dia hanya manatap
pria yang masih berdiri di depan pintu itu sambil menangis.
Beberapa
saat kemudian Figo masuk ke dalam rumah. Membiarkan sang tuan rumah tetap
berdiri di luar rumah. Lalu dia keluar membawa sesuatu untuk diberikan pada Keira.
“Kalo
kamu butuh bantuan seseorang, silahkan hubungi dia,” Figo menyerahkan handphone
Keira yang tertinggal di dalem rumah. Mungkin saja, menurut Figo, Keira akan
meminta bantuan seseorang untuk menolongnya keluar dari situasi ini.
Tangis
Keira semakin menjadi. Tangannya menggenggam erat handphone di tangannya.
“Apa
sebenarnya mau kamu?” Keira memberanikan diri untuk bertanya.
“Tadi
sudah aku katakana. Aku Cuma ingin ketemu kamu. Ingin tau keadaan kamu dan
memastikan kamu baik-baik saja tanpa aku,”
“Sekarang
kamu udah ketemu aku kan? Jadi kamu bisa pergi sekarang,”
Figo berjalan
mendekati Keira, dan lagi-lagi Keira berjalan mundur, menjaga jarak dengan Figo.
“
Tadinya itulah yang ingin ku lakukan. Aku hanya akan menemuimu lalu aku akan
pergi. Tapi melihatmu seperti ini, bagaimana bisa aku pergi. Saat melihatmu aku
dihantui rasa bersalah. Bayangan masa lalu kita yang aku hancurkan terus
muncul,”
Figo tak
sanggup berkata lebih banyak, dia terus berusaha mendekati Keira walau hanya
untuk menggapai tangannya, tapi Keira selalu menampiknya.
“Aku
hanya ingin menyeka air mata itu. Apa aku sudah tak bisa melakukannya?” Tanya Figo
“Sudah
ada tangan yang akan menyekanya. Bahkan dia tak akan pernah membiarkan air mata
ini jatuh” jawab Keira sambil terus menangis lalu menutup wajahnya dengan kedua
tangannya. Kesempatan itu digunakan Figo untuk lebih mendekat pada Keira.
“Maafkan
aku,” Figo lalu memeluk Keira. Ia sadar betul bahwa kesalahannya tak akan bisa
termaafkan. Apapun yang ia lakukan tak akan bisa menebus kesalahannya. Tapi Figo
sangat merindukan gadis ini. Hanya rindu.
“Jangan
salah paham. Aku hanya rindu. Sangat rindu. Aku gak akan berusaha merebut kamu
dari dia. Kamu tau aku sudah merelakanmu untuk dia. Jadi berbahagialah
dengannya,” bisik Figo, kemudian ia melepaskan pelukannya dari gadis yang kini
bukan lagi kekasihnya.
Selangkah
demi selangkah Figo berjalan mundur, menjauhi Keira, gadis yang selalu ia
cintai. Dengan berat hati ia membuka pintu mobilnya. Menatap gadis yang masih
terisak itu untuk beberapa saat. Kakinya masih enggan untuk beranjak dari
tempat ini. Kenangan indah dan kebodohan
yang ia lakukan hingga membuatnya dibenci Keira, semua berputar dalam
pikirannya.
Hati
dan raganya sangat ingin tetap di sini. Tapi Keira tak lagi membutuhkannya.
Bahkan sudah sangat membencinya. Figo sadar sepenuhnya bahwa ini akan terjadi,
kedatangannya tak akan diterima baik lagi oleh Keira. Tapi rasa rindunya yang
begitu besar pada Gadis ini dan juga rasa bersalahnya yang memaksanya untuk
menemuinya saat ini.
“Ini
semua salahku. Aku pantas mendapatkan semua ini. Maafkan aku Ra. aku yakin kamu
akan baik-baik saja. Aku sayang kamu” Batin Figo menatap Keira dengan sendu.
Sesaat kemudian melajukan mobilnya menjauh dari pandangan Keira. Dan berjanji
tak akan muncul lagi di kehidupan Keira selamanya. Demi kebahagiaan Keira.
T H E E N D
Komentar
Posting Komentar